Tenarnews.com – Jakarta- Gonjang – ganjing perpolitikan di negri kita semakin mendekati Pemilukada dan atau Pilpres semakin hari semakin memanas. Padahal pesta demokrasi masa lama dua tahun lagi. Hiruk pikuk dunia maya dengan berbagai analisa dan pandangan terus bermunculan, dari pedagang kaki lima, aktor, pengamat, praktisi, dan gerup komunitas semua memberikan ulasannya masing- masing. Dari yang terdidik sampai yang tidak memiliki jabatan alias galandangan, dari dalam parlemen sampai kolong jembatan mereka semua beradu argument, layaknya adu debat kandidat. Demikian ulasan yang terpantau diberbagai media online. cukup seru.
Yang menjadi tren belakangan ini adalah pengamat di gerup komunitas mengalahkan pengamat televisi. Lembaga survei juga sudah bermunculan membuka suara. Baik lembaga survei musiman muncul saat pemilu, ada jugs survei pesanan, dan tentu juga lembaga survei yg profesional. Siapa yang akan layak atau menjadi pemimpin masa depan Indonesia pasca Jokowi.
Keanehan kita dari musim pemilu ke pemilu lainnya, hanya menjadi rutinitas agenda kebangsaan sekedar ikut hiporia berpesta pora. Sementara makna dasar dari agenda besar pemilu yang kita rayakan, yang telah menghabiskan biaya besar dan tenaga yang sangat hebat ini sering kali kita abaikan. Bahkan boleh jadi makna kita berpemilu upaya menghadirkan pemimpin bangsa yang jujur. dapat mengayomi seluruh tumpah darah, menghadirkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Mendahulukan kepentingan rakyat banyak warga bangsa, dari yang lainnya. mengabaikan kepentingan kelompok golongan semata mata mendahului keberpihakan sang presiden dalam melayani rakyatnya. Model pemimpin ini sudah dicontohkan oleh presiden pertama kita, bangsa Indonesia dulu yaitu Bung Karno. yang tegas berpihak rakyat tanpa mau didekte negara lain dan politik apapun. Selain untuk dan atas nama kepentingan bangsa dan rakyat.
Semestinya kreteria pemimpin nasional semisal jujur, adil, berbudaya, profesional, visioner, moderat, bertanggung jawab. Diletakkan sebagai rukun syarat utama baru kemudian mencari calon. Jangan sampai dibalik mencari atau memunculkan calon sementara syarat utamanya masih cacat atau tidak masuk sebagaimana kreteria diatas. Semisal pemimpin berkarakter seperti yang sudah dicontohkan Soekarno presiden pertama kita bangsa Indonesia.
Beberapa nama yang menghiasi media sosial masih didominasi penguasa partai. padahal reputasi dan prestasi partai kita dalam keberpihakan terhadap hajat hidup rakyat banyak masih jauh dari kesempurnaan. Kecendrungan partai menyapa konstituennya masih dilihat sebagai kepentingan untung rugi. Bukan sebagai kewajiban menjalankan pembinaan konstitusi serta membantu pemerintah menghadirkan kesejateraan. Malah partai sering kali terlibat menggerogoti laju jalannya roda pemerintah dengan tersandung dalam banyak kasus korupsi.
Dua tahun lagi Pemilukada sekaligus pilpres akan kita rayakan. akan tetap gema dan gaungnya hampir setiap hari kita dengar. Inilah kelatahan kita sebagai bangsa yang suka dengan formalistik tapi mengabaikan isi. Calon presiden bermunculan seperti jamur di musim hujan yang pada ujungnya pilihan rakyat sama sekali tidak ada ruang untuk bisa diakomudir. Semua bermuara dengan pilihan partai. Rakyat dipaksa untuk memilih dan memenangkan apa yang sudah diputuskan partai.
Pesta demokrasi yang katanya pilihan rakyat dari dan oleh serta untuk rakyat hanyalah selogan kosong tanpa makna. Kita semua rakyat Indonesia dipaksa mengikuti pilihan partai yang terkadang dalam partai juga masih terjadi silang sengketa belum final. Itu jelas nyata terjadi karena kecendrungan partai mengumumkan calonnya pada detik detik terakhir penutupan. Ini maknanya semua serba transaksional. Lagi dan lagi semua menunggu pemodal yang siap bertarung.
Sudah tujupuluh tahun kita merdeka pergantian presiden melalui pemilu sudah sering kita lakukan. Pengalaman bangsa kita sangat konferhensip dan syarat oleh permainan dan intrik. Sampai kapan akan terus membohongi negri sendiri menipu rakyat padahal cara-cara itu semua kita pahami dan ketahui.
Geliat alam sudah banyak memberikan isayarat untuk kita semua warga bangsa agar mau merenung dan berpikir. Tingkah laku dan pola permainan menipu diri dan rakyat banyak terus menerus terulang setiap pemilu. Dengan gagah berani berorasi untuk kepentingan bangsa dan rakyat. Sementara dalam prakteknya negara selalu dirugikan rakyat terus diterlantarkan.
Jika mau jujur jika para pengelola negri ini pejabatnya aparatnya eksekutif, legeslatifnya, yudikatifnya jujur melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah. maka, Indonesia sudah sejak lama menjadi mercusuar dunia. Ia akan mengendalikan peradaban dunia. Karena kebesaran keluasan wilayah baik darat dan laut, jika dikelola dengan benar baik jujur bermartabat. semata-mata untuk kemakmuran bersama rakyat Indonesia. Tidak akan ada yang kelaparan di negri para wali ini, negri yg berbudaya ini.
Negara lain tidak akan mampu bersaing disegala bidang dibelahan dunia ini. jika, Indonesia pemimpinnya partai politik yang ada benar-benar hadir untuk rakyat dan bangsanya. Janji leluhur memerdekakan bangsa ini adalah mewujudkan Pancasila sehingga jika lima dasar yang ada dalam butir Pancasila itu wujud. Indonesia akan menjadi rujukan peradaban dunia sampai kiamat tiba.
Rakyat sudah lelah dengan tingkah laku para pemangku jabatan yang dikasih amanah ia hianati. sejatinya pejabat negara semua mereka adalah pelayan rakyat karena dikasih gaji pasilitas oleh negara. untuk memberikan pelayanan maksimal bukan memperkaya diri dan keluarga. Karenanya, jika kemudian tidak ada perubahan ke arah tatanan yang lebih maju dan berkeadilan untuk menghadirkan kesejahteraan rakyat. Maka penting kemudian syarat presiden ke depan adalah anak bangsa asli Indonesia yang siap memberikan jaminan kesejahteraan dengan siap membayar hutang bangsa Indonesia. Atau kembali dengan model perdana Mentri. Sehingga partai partai yang ada berbenah memperbaiki pelayanan. Karena mana mungkin bisa memberikan suritauldan jika kemudian para pemimpinnya bermasalah atas jejak rekamnya yang cacat/korup. Hari ini dan ke depan Indonesia butuh Keteladanan.
Penulis adalah :
- Presiden Forum Kebangsaan*
- PB MCMI*
Pengurus NWDI