✨ *”Membongkar Tali di Hidung Para Pemimpin Islam* : *_Menyatukan Keberanian untuk Meruntuhkan Dominasi Israel”_* 💫
Pernahkah kita menyaksikan seekor gajah besar yang berdiri diam dalam kandang kecil, hanya dibatasi oleh pagar kayu setinggi satu meter? Padahal kita tahu, satu dorongan ringan dari kaki atau belalainya saja sudah cukup untuk meruntuhkan pagar itu. Tapi mengapa gajah itu tetap diam? Begitu juga dengan sapi Bali yang besar dan kuat, cukup ditarik oleh tali kecil yang terikat di hidungnya untuk masuk ke kandang, lalu duduk tenang seolah tidak punya kekuatan untuk melawan.
Fenomena ini bukan karena tali atau pagar itu kuat, tapi karena jiwa dan kesadarannya telah dipatahkan sejak kecil. Gajah dan sapi itu tumbuh dengan keyakinan bahwa tali dan pagar itu adalah batas kekuatannya. Mereka bukan tidak bisa melawan, tapi sudah tidak tahu lagi kalau mereka mampu melawan.
Inilah cermin yang sangat menyakitkan tapi nyata dari kondisi umat Islam hari ini, terutama para pemimpin dunia Arab dalam menghadapi kezaliman dan penjajahan Israel. Selama puluhan tahun, Israel membangun mitos kekuatan: sistem pertahanan berlapis seperti Iron Dome, Patriot, dan Arrow menjadi simbol ‘kesaktian’ mereka. Israel mempropagandakan bahwa mereka tidak bisa dilawan, apalagi diserang.
Propaganda ini tidak hanya memengaruhi musuhnya, tapi juga mencuci otak para pemimpin negara-negara Islam agar takut untuk sekadar membayangkan perlawanan. Mereka ditundukkan bukan dengan perang, tetapi dengan narasi. Seperti gajah dan sapi, para pemimpin ini dipasung oleh “tali di hidung” berupa tekanan politik internasional, ketergantungan ekonomi, serta rasa takut kehilangan kekuasaan.
Tapi sejarah menunjukkan: narasi bisa dipatahkan oleh keberanian.
Iran baru-baru ini menunjukkan hal itu. Dengan segala keterbatasan, Iran berani meluncurkan rudal dan drone secara langsung ke wilayah Israel. Serangan ini menembus pertahanan yang selama ini diagungkan. Ini bukan hanya serangan fisik, tetapi juga serangan mental. Ia membuktikan kepada dunia bahwa Israel bisa dilawan. Gajah bisa keluar kandang. Sapi bisa melepaskan tali di hidungnya.
Serangan Iran ini menggetarkan bukan hanya jantung pertahanan Israel, tapi juga membongkar mitos kekuatan yang dibangun selama ini. Ia memberikan pesan simbolik: keberanian bisa meruntuhkan dominasi. Umat Islam tidak kekurangan kekuatan, yang kurang hanya satu: kesadaran.
Lalu, apa solusi yang bisa dilakukan dunia Islam untuk benar-benar meruntuhkan dominasi dan kebiadaban Israel?
Pertama, umat Islam harus membangun kesadaran kolektif bahwa mereka bukan pihak yang lemah. Dunia Islam punya lebih dari 1,8 miliar umat, sumber daya alam yang melimpah, kekuatan ekonomi besar, dan kekuatan militer yang mumpuni. Kesadaran ini harus disebarkan dalam narasi publik, pendidikan, media, dan khutbah-khutbah masjid.
Kedua, diperlukan persatuan politik strategis antarnegara Islam. Bukan hanya solidaritas dalam kata-kata, tapi konsolidasi nyata dalam bentuk tekanan diplomatik, pemutusan hubungan ekonomi dengan Israel, boikot produk yang mendukung penjajahan, serta dukungan penuh terhadap perjuangan Palestina.
Ketiga, umat Islam harus memerdekakan media dan opini publik dari cengkeraman narasi pro-Israel. Saat ini sebagian besar informasi dunia dikendalikan oleh media Barat yang cenderung membela Israel dan membungkam kebenaran Palestina. Maka perlu dibangun jaringan media Islam internasional yang kuat, profesional, dan menyuarakan fakta.
Keempat, dukung perlawanan rakyat Palestina dalam bentuk nyata. Bukan hanya dengan doa, tetapi juga dana, logistik, advokasi hukum internasional, dan perlindungan politik. Rakyat Palestina adalah garda depan umat, dan mereka tidak boleh dibiarkan berjuang sendiri.
Kelima, dunia Islam harus berani menghadapi pengkhianatan dari dalam. Banyak rezim Arab saat ini adalah hasil kompromi dengan kekuatan asing dan bergantung pada eksistensi Israel. Maka umat Islam perlu mendesak reformasi kepemimpinan di negara-negara ini agar lahir pemimpin-pemimpin baru yang berpihak pada Islam, keadilan, dan pembebasan Al-Quds.
Hari ini, bukan hanya soal serangan rudal, tapi soal siapa yang berani memutuskan tali yang mengikat hidungnya. Saat satu negara Islam berani menyerang, maka yang lain akan mulai bertanya: “Jika dia bisa, mengapa kita tidak?”
Inilah momentum kebangkitan. Momentum untuk membongkar tali-tali yang mengikat kita secara psikologis, politik, dan ideologis. Saatnya umat Islam tidak hanya mengecam di podium, tapi bangkit dengan keberanian. Karena kekuatan sejati bukan hanya pada senjata, tapi pada keberanian untuk berkata: Kami tidak akan tunduk lagi.
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
_” Dan Allah lebih mengetahui kebenarannya “_( HZR )
—
