By : MS. Tjik. NG DEWAN REDAKSI . TENARNEWSTV9.

It is Nice to be Important but It’s more important tobe Nice
Baik untuk menjadi orang penting tapi jauh lebih penting untuk selalu menjadi Orang Baik
( John Templeton),_
Tengoklah sejenak ke dalam, apakah anda termasuk orang penting ataukah orang baik, tentunya semua orang mengingin kan menjadi orang penting, akan tetapi tidak semua ingin menjadi orang baik
Ada yang mengatakan menjadi orang penting itu sulit dan mahal, tapi apakah menjadi orang baik itu sulit dan mahal juga ? Tentu tergantung pada persepsi kita masing- masing._
Sulitnya mencari orang baik di negeri Konoha mudahnya menemukan orang-orang jahat
Landscape atau lenskap negeri Konoha nyaris mirip dengan Indonesia begitu luas dan padat penduduknya. Alamnya yang asri juga sebaran etnis, puak penduduknya yang mendiami puluhan bahkan ratusan wilayah dan pulau dengan beragam adat dan keahliannya, ada negeri api ada negeri salju ada pula negeri angin dan lain sebagainya._
Intrik dan kepentingan antar klan dan wilayah terus beradu, perebutan pengaruh dan kekuasaan tak pernah henti, Naruto sang legenda ninja sibuk utk memperbaiki dan memediasi antar klan dan gang , para penguasa bersekongkol dengan para pengusahanya menjadi ciri negeri Konoha, negeri indah tapi penuh dengan friksi dan pertikaian ini tak pernah tenang
Negeri Konoha pun dipimpin oleh 7 orang Pemimpin sama dengan Indonesia sejak Bung Karno hingga Pak Jokowi sudah berjumlah 7 orang. Selalu sibuk dengan kekuasaan
Di negeri Konoha pun tidak mudah menyatukan visi dan persepsi untuk membangun persatuan dan kesatuan, untungnya Indonesia punya Pancasila negeri Konoha cuma punya Ninja
Mencari “orang baik” begitu sulitnya sama seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Fakta dimana-mana mencari figur yang baik jujur dan amanah tidak semudah membalikkan telapak tangan._
Erdogan Sang Pemimpin Turky ini menggebu mengobarkan semangat dengan sepotong narasinya yg populer “Jika orang baik tidak terjun ke politik maka para penjahatlah yang akan mengisinya”
“Jika orang baik menjaga jarak dari politik, tak perlu heran jika politik menjadi tidak baik” Itu kata Friedrich Naumann, penggalan frasa dari sang pioneer dan pelopor politik asal Jerman di atas sudah melegenda dan sering dikutip oleh para politisi dunia
Berbagai Upaya untuk membujuk dan mengajak kepada orang-orang baik untuk terjun bergabung ke dalam gelanggang politik bukan sebaliknya justru menjauhinya._
Di Indonesia pun kalimat yang indah didengar terbaca di atas menjadi topik yang ramai, viral dijadikan bahasan para politisi dan pemerhati
Bicara politik ya bicarakan kekuasaan (the power) duduk menjabat di Pemerintahan atau legislatif merupakan salahsatu cara untuk bisa mengubah kebijakan ( Policy )._
Wajar saja jika banyak seruan dan anjuran agar orang-orang baik bermain dalam jagat politik Bermaksud agar posisi-posisi penting dan strategis tidak dikuasai oleh para begundal, penjahat yang tidak baik._
“Abis manis sepah dibuang” tepatlah jika menggambarkan sifat para petualang pemain politik di negeri Konoha, mutlak faktor kepentingan belaka, jika butuh dia mendekat setelah mendapat lenyap bagaikan angin
Laksana sebuah “Tarian Birahi burung-burung cendrawasih jantan di hutan Papua dengan lincah dan mempesona lawan jenisnya, memamerkan keindahan bulu- bulu nya, suaranya kepada betinanya melalui ritual tarian birahinya, pasca kawin Sang Jantan pun terbang.hilang entah kemana._
Atmospher perpolitikan di negeri ini bagaikan nuansa di negeri “Konoha” atau negeri ghaib, dan dari priode ke priode berikutnya Nyaris tak berubah secara signifikan pada tataran Akhlak dan attitud masih jalan di tempat bahkan kayak “undur-undur maju kagak mundur pisan” . berselimutkan awan gelap mencekam itulah citra buruk yang dimainkan sebagian besar para tengkulak kekuasaan dan politisi _.
Dari level paling bawah hingga ke atas nyaris berlumuran noda-noda hitam , dimulai dari Pilkades , bahkan Pemilihan untuk menjadi pemenang pada Dewan Perwakilan Desa ( dulu disebut LMD\LKMD dan RW ) pun kudu nyawer daun fulus agar bisa menang
Di level atas kita telah pula sama-sama menyaksikan fakta yang berseliweran di medsos dan di TV . Pada proses hulunya saja sudah harus ada NPWP ( Nomor piro wani piro ) ditingkahi para Voters yang kemaruk berburuh rupiah alias Para GOLPUT ( Golongan Pencari Uang Tunai ) Gayung pun bersambut kondisinya menjadi “setali tiga uang” antara yang di pilih dan yang memilih samimawon
Konon publik mencontoh dan meniru permainan konyol yg tak bermoral, dari level atas mereka sering mempertontonkan pola dan gaya hidup hedonisme ,pamer kemewahan arogansi kekuasaan, mereka lupa pada awalnya dulu mereka “menjadi pengemis suara” meminta- Minta untuk dipilih ke masyarakat dengan berlindung pada seperangkat aturan main dan undang- undang sebagai legalitas dan modal non tunai, substansinya tetaplah sebagai pengemis, berangkat dari sini menjadi sukses, lalu “lupa kacang dengan lanjarannya”.Mereka yang terpilih cendrung menafikan peran dan jasa publik dengan dalih Voters sudah dibayar, transaksional._
Himbauan berapi-api pun datang dari Anies, bakal Capres ini pada berpendapat ” Kita sekarang harus mengubah mindset , jika kita ingin Republik ini lebih baik, jika ingin keputusan lebih baik maka orang-orang baik harus mau masuk ke dalam politik”(17/10/22 )
Acapkali politik dicitrakan barang “kotor” Bersih atau kotor sesungguhnya itu sebuah pilihan
Sudah seharusnya pilihan itu kita niatkan pada yg bersih dan baik, bukankah Tuhan melihat nawaitu seseorang pada sekekecil apapun kiprah perbuatannya._
Kekuasaan memang menggoda , menyilaukan sejak zaman Fir’aun hingga kapan pun, kekuasaan ibarat sebilah pisau di tanganmu, bisa digunakan utk mengupas mangga dan membelah duren namun bisa juga untuk melukai bahkan bisa untuk membunuh._
Dinamika perpolitikan di negeri “Konoha” sarat dengan beragam muatan lokalistik , identitas, tak sepi dari intrik yang mencakup pada tema “multikulturalisme”
Merekrut “Orang-orang baik” utk mau terjun ke dunia politik gampang- gampang susah. Faktor pertama adalah Politik kita masih sangat “berbiaya mahal” jika no money atau mafi fulus mampus, untuk mencari sponsor dan donatur pun tidak mudah, urusannya seperti ayam dengan telurnya.
Orang-Orang Baik
Bukan perkara enteng untuk menyeleksi atau menentukan memastikan seseorang disebut “orang baik” butuh waktu lama untuk mengetahui jejak rekamnya . _
Dengan berspekulasi dan berdasarkan feeling semata, bisa saja kita mengatan seseorang sebagai “orang baik” atau sebaliknya , Lalu Apa saja kriteria dan tolok ukurnya, sebagai menjadi bahan pertimbangan bahwa seseorang itu adalah “orang baik” ? .
Boleh jadi Semua pejabat yang ada di legislatif dan di pemerintahan di negeri Konoha sudah terseleksi lulus admin dan persyaratan lainnya otomatis dianggap orang baik ? hanya bermodal “Surat Berkelakuan baik” dari Polisi dianggap sah sebagai “orang baik” ?
Fakta berikutnya “Orang-orang yang dianggap baik” ini pada saat dia berkuasa , menjabat seringkali berubah dan nyeleneh, misalnya beberapa bulan/tahun kemudian menjabat terkena OTT dari KPK.
Siapa yg salah atau keliru dan bertanggung jawab atas kejadian, kasus yang memalukan tersebut di atas?
Itu sekedar contoh betapa sulit dan tidak mudahnya untuk seleksi menentukan seseorang itu “orang baik” Boleh jadi Semua orang yang direkrut itu “orang-orang baik semua” , artinya orang-orang baik ini mendadak jadi penjahat, koq bisa?
Pertanyaan selanjutnya mungkinkah orang-orang baik ini terkooptasi dan terkontaminasi oleh permainan orang-orang jahat?
Jika betul demikian betapa sulitnya menggiring orang-orang jahat dalam kebaikan artinya berubah menjadi baik._
Orang-Orang Jahat
Dunia dihuni oleh orang-orang baik dan orang-orang jahat, baik dan buruk (jahat) selalu beriringan bagaikan malam dan siang. Tidak elok menilai seseorang itu “baik” atau “jahat” secara serampangan, sepintas. Sangat tidak mungkin seseorang dinilai dari tampilan, gaya dan cashing nya saja
Terasa lebih berat dan sulit untuk menggiring , mengajak orang berbuat baik ketimbang mengajak dalam kejahatan
Perumpamaan yang paradoksal Saya (Penulis) narasikan:
10 Orang jahat mampu mengajak 50 orang baik menjadi jahat, sebalik nya 50 orang baik cuma bisa mengajak 10 orang jahat untuk menjadi baik
Estimasi, perkiraan di atas sekedar ungkapan belaka betapa tidak mudahnya menilai , menentukan seseorang itu baik atau sebaliknya
Maka terkait itu semua sudah seharusnya Partai Politik misalnya merekrut kader- kadernya sejak dini wajib clear and clean, setidak nya mampu menunaikan keadilan, kejujuran dan amanah dengan pengawasan sepanjang hayat dengan harapan ketika menjadi pemimpin kelak menjadi pemimpin/pejabat yang baik dan benar
Kebaikan dan kebenaran
Bisa datang sejak awal bisa juga pertengahan jalan atau pada ujung waktu . Jika mau memilih sebaiknya pilihlah sejak awal hingga akhir menjadi orang baik untuk memperoleh gelar “husnul khotimah”_
Wallahu A’lam Bisshawab
(C070323) , Red
