
Jakarta , Tenarnews tv9, -Pemilihan Gubernur 2024 di NTB layaknya seperti mengikuti dan menyaksikan pertandingan sepak bola perebutan tiket Piala Dunia, Piala Europa , Piala America yang sudah liwat, serta yang sedang berlangsung saat ini AFF U19.
Kalau di pertandingan sepak bola ada babak penyisihan, perdelapan final, perempat final , semi final dan babak final. Demikian juga dengan Pilgub 2024 ini seperti mengikuti babak babak pada pertandingan sepak bola.
Babak penyisihan sekarang sedang berlangsung dimana “club/pasangan” sedang bertanding memperebutkan “Gubernur Cup 2024”. Terdapat 4 club/pasangan kampiun, hebat hebat. Club ini sedang tanding dalam babak penyisihan menuju perempat final yaitu lomba mencari partai. Nanti siapa yang mendapatkan partai atau partai partai itu yang lolos keperempat final.

Dalam perempat final pasangan masih bertanding mencari partai pendukung sampai jumlah kursi yang dipersyaratkan terpenuhi. Bagi club/ pasangan yang mendapatkan partai partai dengan jumlah kursi yang cukup, sesuai prersyaratan itulah club yang lolos ke semifinal.
Babak semifinal, pertandingannya dalam hal club/ pasangan resmi mendaftar dan lolos verifikasi administratif di KPU dan lulus test kesehatan, ditetapkan sebagai pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang berhak bertanding di babak selanjutnya. Kemudian bilamana tahapan di KPU bisa diliwati sampai mendapatkan “nomor punggung/nomor urut dan masuk dalam tahap kampanye itulah pasangan yang masuk semi final.
Pertandingan babak semi final adalah pada hari H yaitu hari pencoblosan, penghitungan suara sampai dinyatakan sebagai pemenang, kemudian menang dari gugatan di MK itulah yang masuk babak selanjutnya.Babak final adalah ketika diumumkan siapa yang memperoleh suara syah terbanyak, sampai keluarnya Keppres. Kemudian upacara penyerahan trophy/tongkat kepemimpinan sebagai gubernur/wakil gubernur pada upacara pelantikan dan pengambilan sumpah gubernur dan wakil gubernur.
Pertanyaannya adalah siapa saja diantara 4 club/ pasangan itu yang gugur karena gak dapat partai/ga cukup jumlah kursi sebagai syarat mengusung calon. Nampaknya sampai dengan hari ini masih berlangsung babak penyisihan itu. Sejauh ini ada kecenderungan dan nampaknya akan ada pasangan yang tersingkir dalam babak penyisihan yaitu babak pencarian untuk mendapatkan partai yang cukup sebagai pengusung.
Dari pengamatan dan menyaksikan pertandingan babak penyisihan sampai ke semifinal khususnya pendaftaran calon ke KPU, besar kemungkinan cuman 2 atau mungkin 3 club yang lolos, tetapi pada saat semifinal bisa jadi akan tersisa hanya 2 club/ pasangan yang akan masuk.
Pertandingan dalam babak penyisihan, semi final dan final mengapa diprediksi mungkin hanya 2 club/pasangan yang akan lolos. Hal itu bukan karena pemainnya, karena semua pemain dalam 4 club/pasangan tersebut rata rata dan merata profesional, semua dengan jam terbang tinggi serta pengalaman hebat dan merata.
Perbedaannya hanya dalam hal strategy serta “kemewahan” lobby dan “dukungan”. Tidak bisa di nafikan bahwa dalam perebutan Gubernur Cup 2024 masih membawa euphoria kesuksesan pilpres yang lalu, serta bagaimana menata dan meperhitungkan persiapan untuk 5 tahun yang akan datang. Hal itu dilandasi oleh pola sikap dan pola tindak, juga oleh cara pandang serta cara berpikir para politisi.
Politisi berpikir untuk lima tahunan, birokrat berpikir tahunan, kalau negarawan berpikir jangka panjang jauh kedepan. Hal hal yang disebutkan terakhir itulah yang mengantarkan club/ pasangan itu sampai ke semifinal dan final nanti.
Kalau demikian prediksinya, maka bisa dikalkulasikan bahwa yang masuk final dan bertarung nanti nampaknya dua pasang saja. Pasangan “incumbent” melawan yang “baru/new face”
Prediksi selanjutnya adalah tentang kekuatan dan kelemahan yang mesti dipahami dan dikalkulasi dari dua pasangan tersebut. Incumbent, kekuatannya adalah telah dikenal luas, dan punya jejaring dan jaringan yang kuat dan yang telah dibina dan dipersiapkan selama periode kepemimpinannya. Kelemahan incumbent adalah pertanggung jawaban kepada masyarakat akan janji janji politik yang belum dipenuhi, yang akan menjadi pertimbangan masyarakat dan pemilih.
Sedangkan yang ” baru/new face” tentu harus bekerja super keras untuk menyapa agar dikenal masyarakat dan mendapatkan simpati dan dukungan masyarakat luas, sehingga elektibilitasnya meningkat. Memang yang “baru” selain belum dikenal masyarakat luas, tentu juga soal waktu dan kesempatan yang tidak banyak sehingga tidak akan bisa leluasa melakukan komunikasi face to face dengan calon pemilh. Tapi kekuatannya adalah networking yang dimiliki dan bisa menawarkan pemikiran pemikiran yang fresh berdasarkan pengalamannya.
Pertandingan final antara “incumbent” vs “baru/new face” pada intinya nanti adalah perang “logistik” dan perang strategi. Terkait dengan itu tentunya keduanya hampir seimbang dari semua segi. Cuman ada hal yang tidak pernah diperhitungkan yaitu kecenderungan munculnya dinamika politik pada masyarakat yang menjadi reasoning terbentuknya preferensi. Phenomena yang terjadi bisa tumbuh dan berkembang pada saat injury time adalah masyarakat ” Ingin Yang Baru”
Bilamana hal itu terjadi maka hal itu sulit mengendalikannya, uncontrolable, gelombang migrasi mengalir deras tapi tidak terlihat. Jadi bagi club/pasangan perlu memasukkan hal itu kedalam strategi sebagai kesiapan antisipasi.
Jangan juga salah membaca dan mentafsir makna “Ingin Yang Baru” tersebut. Karena maknanya bisa “orang/pemainya” yang baru namun bisa juga bermakna “program dan kegiatan” yang baru, out of the box, yang memberikan harapan baru yang akan menyentuh kehidupan masing masing pemilih, touching heart program.
Semoga “GUBERNUR CUP 2024” berjalan aman, jurdil dan NTB mendapatka pemimpin yang amanah. Aamiin YRA.( Red )