Benarkah Pendiri NW yang Membawa NU Pertama di Lombok? Begini Jawaban Sejarawan NTB
Mataram Tenarnews tv9.Syaikh Zainuddin Abdul Madjid merupakan seorang ulama karismatik asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebagai pendiri Ormas Nahdlatul Wathan (NW), namanya cukup familiar di pulau seribu masjid itu. Ia juga merupakan satu-satunya Pahlawan Nasional asal NTB. Meski begitu, tak banyak orang yang tahu tentang sejarah pergulatannya di dunia keorganisasian.
Seperti yang diungkapkan sejarawan NTB, Prof. Dr. Jamaludin, MA., sebelum mendirikan NW, ternyata Syaikh Zainuddin adalah orang yang pertama membawa Nahdlatul Ulama (NU) di Lombok.
“Sebelum mendirikan NW, beliau dulu adalah konsulat NU Provinsi Sunda Kecil. Beliau yang membawa NU pertama di Lombok ini,” ungkapnya, saat menjadi narasumber dalam acara Dialog Kepahlawanan yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (HIMMAH NWDI) Cabang Mataram, Kamis (10/11/2022) di Mataram.
Karena ada konflik antara NU dengan Masyumi, lanjut Guru Besar UIN Mataram itu, Syaikh Zainuddin atau yang sering disebut Maulana Syaikh akhirnya menyerahkan tampuk konsulat NU-nya kepada muridnya, yaitu Tuan Guru Faisal asal Lombok Tengah.
“Masyumi itu partai politik gabungan dari berbagai ormas islam. Ketika NU berkonflik dengan Masyumi, Syaikh Zainuddin tetap di Masyumi. Untuk itu, ia menyerahkan jabatannya sebagai konsulat itu kepada muridnya, Tuan Guru Faisal,” jelas Jamaluddin sambil menirukan bahasa penyerahan yang diucapkan Maulana Syaikh kepada Tuan Guru Faisal dengan bahasa Sasak.
Dikatakannya juga, Tuan Guru Faisal sempat mengenyam pendidikan di madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) yang saat ini menjadi MA Mu’alimin NWDI di Pancor sebelum ia ke Makkah. Tuan Guru Faisal juga aktif menjalani proses belajarnya di bawah didikan Syaikh Zainuddin.
“Dia sempat mengenyam pendidikan di Mua’allimin sebelum berangkat melanjutkan studinya ke Makkah,” imbuhnya.
Sehingga, menurutnya, tidak wajar dan tak beretika kalau ada jamaah NU di NTB ini yang tidak menghormati Syaikh Zainuddin.
“Justru orang-orang NU harus berterima kasih kepada beliau,” lanjut Dewan Mustasyar PB NWDI itu.
Maulana Syaikh sendiri merupakan ulama yang memiliki nasionalisme yang tinggi. Ia juga dikenal cerdas, bahkan tak tertandingi di zamannya.
“Seluruh mata pelajarnya bernilai 10. Bahkan mudir Saulatiyah menyebut, ia boleh memiliki murid satu saja, asal seperti Zainuddin,” papar Jamaluddin.
Pakar Sejarah itu lanjut menjelaskan, ketika Syaikh Zainuddin di Makkah, ia aktif berdiskusi bersama Syaikh Salim Rahmatullah (Mudir Assaulatiyah) tentang pembebasan negara dari penjajahan. Itulah yang membentuk semangat dan kecintaan Syaikh Zainuddin terhadap negara. Sepulangnya dari Makkah, ia kemudian mempelopori penyerbuan tangsi militer NICA dengan gerakan Al-Mujahidinnya.
Demikian juga kontribusi Maulana Syaikh di bidang pendidikan sangat besar, mendirikan madrasah NWDI dan NBDI, sekolah-sekolah, beserta berbagai Perguruan Tinggi. Pernah menjadi anggota konstituante, mendirikan Persatuan Umat Islam Lombok bersama Saleh Sungkar dan lain sebagainya.
“Maka sangat pantas ia digelari Pahlawan Nasional,” pungkasnya.(H H ,Red)