MATARAM Tenarnews tv9.Anggota DPR RI Dapil NTB, HM. Syamsul Lutfhi dari Fraksi Nasdem meminta Gubernur NTB H. Zulkifliemansyah untuk turun tangan menuntaskan polemik yang terus bermunculan jelang perhelatan MotoGP Maret 2022. Lebih-lebih dengan beredarnya promosi dilakukan pihak ITDC dengan cara menjual tiket MotoGP dengan mempaketkan nginap di hotel yang ada di Nusa Dua Bali.
“Aspirasi-aspirasi ini harus direspons segera mumpung masih ada waktu kurang lebih 1 bulan. Pak gubernur juga harus turun tangan,” tegasnya dalam program wawancara eksklusif melalui chanel Yotube Radar Mandalika Official, Senin kemarin.
Luthfi juga menyebutkan, semua aspirasi yang disampaikan oleh para asosiasi dan pengusaha hotel mengarah ke hal yang sama. Dirinya melihat kurangnya koordinasi dilakukan ITDC dan MGPA selaku pelaksana kegiatan. “Karena perhelatan ini menjadi poin plus tersendiri apabila dilaksanakan dengan baik,” katanya.
Untuk itu, pelayanan kepada masyarakat, pelaku jasa transportasi dan pelaku industry lainnya harus dilakukan. Sehingga dirinya meminta pihak ITDC harus lebih transparan. Baik kepada pemerintah kabupaten hingga provinsi dan seluruh stake holder yang ada dibidang pariwisata yang ada di pulau Lombok khusus dan NTB pada umumnya.
“Saya lihat ini penyakit lama. ITDC dan MGPA harus bisa menepis isu yang kurang transparan kepada masyarakat,” sebutnya.
Dalam momen ini, Luthfi tidak menginginkan branding bagi Indonesia ini tidak jalan sebagaimana mestinya. Sehingga bagaimana koordinasi dengan PHRI dan BPPD kabupaten kota di Pulau Lombok bejalan dengan baik, termasuk dengan pihak Organda termasuk stake holder lainnya. “Saya pikir kita harus menuntaskan masalah-masalah disisa waktu yang ada,” tegasnya lagi.

Dari persoalan ini, Luthfi berjanji akan menyampaikan persoalan ini ke Menteri Sandiaga. Namun aspirasi soal ini baru dirinya mengetahui. Sementara soal hal-hal lain yang muncul ke permukaan dia pernah menyampaikan.
“Intinya saya sangat menyayangkan sikap atau kebijakan ITDC. Semestinya harus memaksimalkan potensi yang ada di Pulau Lombok. Jangan kesannya Lombok menjadi tamu di negeri sendiri terutama bagi pelaku usaha di bidang perhotelan,” katanya.
Politisi Nasdem ini juga menegaskan, Lombok dan Bali tidak boleh dibenturkan. Sebab, Lombok dan Bali merupakan sister city. Sehingga semuanya harus maju. Dalam waktu dekat, Luthfi juga berjanji akan mengklarifikasi soal isu yang berkembang ini.
“Saya pasti akan suarakan informasi yang saya terima ini. Jangan jadi presedan buruk ini,” tegasnya lagi.
Dia menyebutkan, dengan masa kontrak 10 tahun Sirkuit Mandalika jangan sampai tidak bisa dimaksimalkan. Sebab, ketika sukses WSBK dan MotoGP kemungkinan besar akan ada Formula 1.
Tidak hanya itu, pria yang juga kakak Tuan Guru Bajang (TGB) meminta kepada para pengusaha perhotelan untuk tidak menaikan harga kamar terlalu tinggi. Untuk itu, pihaknya mendukung pemerintah membuatkan regulasi dalam standar harga kamar hotel.
“Saya sangat perihatin hal mendasar tidak bisa diselesaikan segera oleh ITDC. Harusnya ini soal sengketa lahan khusus lahan di atas tempat berdirinya hotel Pullman kok bisa sekarang muncul persoalan ke permukaan lagi,” sentilnya.
Sementara itu, pengusaha hotel di Lombok Utara Kusuma mengaku kurang setuju dengan sikap ITDC yang lebih mengutamakan promosi terhadap hotel di Nusa Dua Bali. Harusnya lebih mengutamakan keberadaan hotel di Lombok bahkan NTB.
“Dampak MotoGP memang mulai kita rasakan. Cuma di wilayah Gili masih sedikit kamar hotel yang diboking atau merasakan dampak,” ungkapnya.
Untuk itu, menurutnya ITDC perlu merangkul semua pihak termasuk para pengusaha hotel dan pelaku pariwisata lainnya. “ITDC harus transparan, kita juga belum tau berapa tiket laku terjual. Dan informasi seperti apa kebutuhan penonton dari mana mereka, kalau kita tahu secara otomatis kita juga bersiap-siap menyiapkan semuanya. Ini kan tidak ada kami rasakan,” katanya.
Ditambahkan pengusaha hotel lain di Lombok Tengah, Rata Wijaya menegaskan, secara dampak memang dirinya dan pengusaha hotel lain cukup merasakan. Namun dirinya justru menyoroti kurang terbukanya pihak ITDC selama ini. “Contoh saat pramusim kemarin, kami tidak tahu apa-apa ada penyekatan dan kami merasakan dampak itu belum lagi tamu kami,” katanya.( Tiem)