IR HJ. LALE PRAYATNI BELAJAR DARI PENGORBANAN PUTRI MANDALIKA
LOMBOK – TENAR NEWS
Tak ada yang tak pernah mendengar kisah Putri Mandalika, yang dikenal sebagai seseorang yang memiliki paras cantik dan baik hati. Karena semua keistimewaannya, ia dilamar oleh banyak pangeran dan pemuda.
Sang Raja pun meminta Putri Mandalika untuk memilih lamaran siapa yang akan diterima. Ia pun pergi bersemedi untuk memilih yang terbaik dari semua lamaran yang datang. Sampailah pada keputusan. Ia meminta semua orang, termasuk pangeran dan pemuda yang melamarnya, berkumpul di pantai, yang juga dikenal sebagai pantai Seger (Kuta Lombok). Ia berdiri di atas batu besar dan menyampaikan beberapa kata. Dalam ucapannya, ia berharap agar tidak ada perpecahan atau peperangan karena memperebutkan dirinya.
Kisah Putri Mandalika adalah cerita kepahlawanan rakyat Lombok Tengah tentang keberadaan seorang putri yang siap berkorban jiwa raga demi rakyat yang dicintainya.
Kini, kisah itu, hendak diwujudkan oleh Hj. Lale Prayatni, calon Bupati Lombok Tengah tentang arti berkorban bagi rakyat.
“Tak ada yang lebih utama dalam benak saya, kecuali mengabdi bagi masyarakat Lombok Tengah,” ujar Lale Sileng didampingi Sumun, wakilnya yang dikenal sabar dan dekat dengan masyarakat Lombok Tengah.
Keterwakilan perempuan dalam kepemimpinan pemerintahan di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, sedang diikhtiarkan dengan kehadiran Ir. Hj. Lale Prayatni maju di pilkada.
Lale Sileng, sapaan populer istri Sekda NTB, Drs. H. Lalu Gita Aryadi, M.Si adalah sarjana strata 1 Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Ia memiliki rekam jejak prestasi karir ASN yang cemerlang di Pemkab Lombok Barat sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Terakhir sebagai Asisten Ekbang, sebelum mengundurkan diri dari ASN karena maju menjadi calon Bupati Lombok Tengah, daerah kelahirannya.
Ia memiliki tekad yang kuat dan kokoh, bahwa perempuan harus hadir dalam politik. Kehadiran perempuan, sudah cukup banyak menjadi wakil rakyat di DPR dan DPRD secara nasional, dan cukup banyak pula yang menduduki jabatan kepemimpinan daerah sebagai bupati/ walikota dan gubernur atau wakil.
Hal ini ditunjukkan oleh penyebaran perempuan calon kepala daerah di pilkada 2018 dan pilkada sebelumnya. Pada pilkada 2018, calon perempuan meningkat signifikan. Terdapat 26 untuk kota, 45 kabupaten dan 7 provinsi.
Peningkatan calon perempuan menunjukkan indikator meningkatnya kaum hawa dalam kontestasi pilkada. Pada pilkada 2015, tercatat 7,47 persen pendaftar perempuan, tahun 2017 tercatat 7,17 persen dan 2018 meningkat jadi 8,86 persen.
Hadirnya perempuan dalam politik juga penting untuk menciptakan regulasi. Sebab masih terkesan adanya diskriminasi gender. Kini, kesempatan laki-laki dan perempuan dalam politik sudah sama.
Kehadiran perempuan menjadi sangat strategis untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan. Ini sudah dibuktikan pada sejumlah daerah, kepala daerahnya perempuan.
Peningkatan itu ada korelasinya dengan aturan terkait afirmasi atau peneguhan peran perempuan sebagai keterwakilan.
Kekuatan Calon Perempuan
Teori tentang perempuan secara ilmu psikologi dan psikologi komunikasi menempatkan seorang ibu sangat efektif dalam membangun karakter anak. Itu sebabnya, ibu (perempuan) merupakan sekolah paling awal bagi anak-anaknya. Apa yang diajarkan seorang ibu, akan membentuk karakter anaknya. Karena itu, ibu adalah figur utama bagi anak-anaknya. Pribahasa bijak menyebut ucapan ibu adalah doa.
Dalam perspektif lebih luas, perempuan adalah tiang negara. Tiang penting bagi keberlangsungan kehidupan sebuah organisasi terkecil bernama keluarga. Ketika tiang itu kokoh berdiri, maka akan memancarkan energi positif bagi orang-orang yang ada di sekelilingnya, yang kemudian energi itu akan menular kepada lingkungannya yang lebih luas dan besar.
Itulah pula sebabnya, Lale Sileng maju di pilkada. Karena keinginan yang disertai tekadnya yang membaja bahwa dalam kepemimpinan pemerintahan harus ada keterwakilan perempuan. Tekadnya itu menyentuh kaum perempuan, yang memberi pengaruh positif pada pemilih laki-laki.
Pada diri Lale Sileng, ada kekuatan literasi sejarah dari Putri Mandalika sebagai pemimpin, menjadi Kepala Daerah. Hal ini mengalir juga dari kakeknya, Lalu Serinata Wira Said yang menjadi Bupati pertama Lombok Tengah. Ia adalah putri Lale Koning (Lale Suryani), politisi sebagai anggota DPRD Lombok Tengah, DPRD Provinsi NTB dan DPR RI.
Kekuatan literasinya, pada kemampuan yang efektif dan efisien untuk membangkitkan partisipasi kolektif di tataran pemerintahan dan di tengah masyarakat.
Gerakan literasinya, belajar dari kisah heroik Putri Mandalika yang tulus berkorban bagi rakyat Lombok Tengah, bahwa masyarakat, khususnya perempuan harus diberdayakan secara nyata, melalui kebijakan-kebijakan yang lebih menguntungkan rakyat.
( Didin Maninggara / H Husniadi )